Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Stagnan Tahun Pertama Prabowo Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan masih belum
akan lepas dari kisaran angka 5 persen. Proyeksi ini jadi tantangan bagi ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan target 8 persen.
Sejumlah lembaga riset memprediksi pertumbuhan ekonomi tanah air pada 2025 tak akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia dan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) kompak meramal ekonomi
Indonesia tahun ini mentok di 5,00 persen.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Stagnan
Direktur eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengatakan pertumbuhan ekonomi yang landai selama satu dekade belakangan masih akan berlanjut
“Proyeksi ekonomi di 2025 relatif masih lesu. Bisa mencapai 5 persen saja sudah bagus,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 17 Januari 2025.
Indef mencatat selama sepuluh tahun ekonomi Indonesia hanya tumbuh rata-rata 5 persen. Tren melandainya pertumbuhan ekonomi juga terlihat dari capaian tahun lalu.
Dalam konferensi pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 6 Januari 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan
ekonomi sepanjang 2024 hanya akan tumbuh 5 persen.
Proyeksi ini bahkan lebih rendah dari target pemerintah, yakni 5,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Berdasarkan catatan kementerian,
pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11 persen yoy.
Pada kuartal kedua pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 yoy dan kuartal ketiga 4,95 persen. Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi
di kuartal empat masih dihitung, namun diproyeksikan sekitar 5 persen yoy. “Sehingga untuk keseluruhan tahun, growth kita perkirakan di 5 persen.”
Sementara Core Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini berada di kisaran 4,8 -5, persen. Kondisi tersebut dianggap menjadi
tantangan bagi pemerintah yang berupaya mendorong pertumbuhan hingga 8 persen.
Ada beberapa faktor yang memperberat laju pertumbuhan ekonomi 2025. Berdasarkan catatan Core Indonesia, stabilitas perekonomian dunia masih akan terganggu.
Terutama setelah Donald Trump memenangkan pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada November tahun lalu. Rencana Trump memperketat tarif itu dianggap
bakal memicu ketegangan dan memengaruhi rantai pasok global.
Core Indonesia juga menilai penurunan harga-harga komoditas juga dapat berdampak bagi perekonomian beberapa negara. Khususnya bagi Indonesia yang bergantung
pada komoditas primer. Hal ini terlihat dari pelambatan penerimaan pajak atau softhall.